Herbivora atau Karnivora
(Menyelamatkan Bumi)
nimals.timduru.org
Manusia seringkali diklasifikasikan sebagai omnivora. Namun klasifikasi ini hanya merupakan hasil “observasi” (pengamatan) bahwa manusia pada umumnya memakan bermacam-macam jenis makanan dari hewan maupun tumbuhan. Tetapi bservasi bukanlah cara yang obyektif dan akurat untuk menentukan jenis diet yang cocok untuk manusia. Cara yang lebih obyektif dan akurat adalah dengan meneliti anatomi dan ciri fisiologis manusia:
GIGI
Kita memang mempunyai
taring, tetapi sebutan “taring” sebenarnya terlalu dipaksakan bila kita
membandingkannya dengan apa yang disebut “taring” pada karnivora. Bila Anda
cermati, seekor karnivora memiliki gigi taring yang sangat besar,
tajam, dan mengarah ke depan untuk mencengkeram dan mengoyak daging mangsanya.
Gigi taring kita begitu pendek dan tumpul, sama sekali tidak cocok
untuk mengoyak daging.
MULUT
Rahang hewan pemakan
daging dapat membuka sangat lebar, tetapi memiliki gerak menyamping yang
sangat minim, sehingga memberi mereka stabilitas gigitan yang kuat.
Sebaliknya, manusia dan herbivora memiliki rahang yang membuka tidak
terlalu lebar, tetapi dapat bergerak ke depan-belakang, maupun ke kanan-kiri yang
berguna untuk menggiling makanan dengan gigi geraham kita yang rata. Mekanisme
ini pula yang dapat Anda temukan pada hewan pemamah biak seperti sapi yang juga
mengunyah makanannya. Seekor karnivora tidak membutuhkan mekanisme mengunyah
tersebut karena mereka langsung menelan daging yang mereka makan. Tentu
terbayang oleh Anda bagaimana sulitnya menelan daging bulat-bulat bagi kita
manusia.
Manusia dan herbivora juga mempunyai air liur yang mengandung enzim pencernaan
untuk membantu proses prapencernaan tumbuh-tumbuhan. Enzim ini tidak ditemukan pada hewan karnivora.
ORGAN
PERUT
Hewan karnivora memiliki tingkat keasaman lambung sampai dengan 20 kali
tingkat keasaman lambung herbivora. Tingkat asam yang tinggi ini memainkan peranan
penting sebagai pembunuh bakteri-bakteri berbahaya yang terkandung pada daging.
Pada kenyataannya, manusia memiliki tingkat keasaman lambung yang sama dengan
herbivora sehingga mengonsumsi daging sama dengan memberi kesempatan pada bakteri
dan virus tersebut untuk masuk ke dalam tubuh kita.
USUS
Hewan karnivora memiliki
usus yang mulus seperti pipa silinder dan pendek (panjang usus karnivora
rata-rata hanya 3x-6x panjang tubuhnya), sehingga daging
dapat lewat dengan lancar dan
cepat. Sebaliknya usus herbivora dan manusia sangat panjang (rata-rata antara
10x-12x panjang tubuhnya), memiliki benjolan-benjolan dan berkantong-kantong,sehingga tumbuhan yang
kita makan mendapat
titik stop berkali-kali
untuk penyerapan nutrisi yang optimal.
Mekanisme usus kita inilah
yang menyebabkan daging tidak dapat keluar dengan cepat dari organ pencernaan
kita, dan seringkali mengalami pembusukan di dalam usus. Banyak penelitian yang
menyimpulkan bahwa hal ini adalah penyebab kanker usus dan banyak gangguan kesehatan
lainnya. Racun yang dihasilkan dari proses pembusukan di dalam usus pada
akhirnya dapat merambat ke seluruh tubuh karena usus merupakan organ yang melakukan
penyerapan nutrisi.
Tanyakanlah pertanyaan ini
pada diri Anda:
“Bila manusia memang diciptakan untuk makan daging, mengapa
konsumsi daging mengakibatkan gangguan kesehatan yang signifikan pada manusia? Sebaliknya seorang vegetarian yang makanannya hanya berbasis
pada tumbuh-tumbuhan dan hidup selaras dengan tujuan penciptaan anatomi tubuhnya,
hidup lebih sehat, baik secara fisik maupun mental?.”
Studi menemukan bahwa hewan
karnivora dapat mengonsumsi kolesterol dan lemak hewani hingga 200
kali lebih banyak dari yang dikonsumsi
manusia tanpa mengalami pengerasan pembuluh arteri seperti yang dialami
manusia. Hewan karnivora memiliki kemampuan melakukan metabolisme lemak dan kolesterol
yang
terkandung pada daging.
Sebaliknya, lemak hewani dan kolesterol membuat manusia sakit.
Amerika Serikat
adalah salah satu negara dengan konsumsi daging per kapita tertinggi di dunia,
sebagai hasilnya:
Penyakit jantung adalah
pembunuh nomor satu di sana, disusul oleh kanker dan penyakit-penyakit yang
disebabkan oleh konsumsi daging lainnya.
Mungkin dengan
otak kita yang cerdas, kita dapat memasak daging sebelum dimakan. Tetapi pada kenyataannya
tidak semua bakteri dan zat berbahaya pada daging tersebut dapat hilang dengan
proses pemasakan. Dengan makan daging, kita meresikokan kesehatan kita dan orang-orang
yang kita cintai pada penyakit-penyakit yang disebabkan virus, bakteri, atau substansi
berbahaya pada daging lainnya.
Konsumsi
daging juga terbukti meningkatkan resiko penyakit jantung, stroke, kanker,
diabetes, serta masih banyak penyakit-penyakit yang terkait dengan konsumsi
produk hewani lainnya.
Dikutip dari:
Majalah Hidup Lebih Mulia halaman
7 yang di download dari
Referensi majalah:
erensi
0 komentar:
Posting Komentar