Pertumbuhan adalah proses
pertambahan volume yang irreversible (tidak dapat balik) karena adanya
pembesaran sel dan pertambahan jumlah sel atau pembelahan sel (pembelahan mitosis) atau keduanya. Pertumbuhan
pada tumbuhan dapat dinyatakan secara kuantitatif
karena pertumbuhan dapat diketahui dengan mengukur besar dan tinggi batang,
menimbang massa sel baik berupa berat kering maupun berat basahnya, menghitung
jumlah daun, jumlah bunga, maupun jumlah buahnya.
Selama pertumbuhan, tumbuhan juga mengalami proses
diferensiasi, pematangan organ, serta peningkatan
menuju kedewasaan. Pada saat itulah, tumbuhan mengalami proses yang disebut perkembangan. Serangkaian proses perubahan
bentuk tumbuhan ini disebut juga morfogenesis.
Dari hasil perkembangan inilah tumbuhan menjadi semakin dewasa dan lengkap
organnya. Proses pembentukan organ tersebut disebut sebagai organogenesis, yang merupakan bagian
dari proses perkembangan atau morfogenesis. Perkembangan tidak dapat dinyatakan
secara kuantitatif, tetapi dilihat
dengan adanya peningkatan menuju pada kesempurnaan. Pertumbuhan dan
perkembangan tersebut berjalan secara simultan (bersama).
Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan hasil kerja sama antara faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Salah satu faktor internal
yang penting mempengaruhi perumbuhan dan perkembangan tumbuhan ialah hormon. Hormon merupakan zat spesifik
berupa zat organik yang dihasilkan oleh suatu bagian tumbuhan untuk mengatur
pertumbuhan dan perkembangannya. Adanya hormon tertentu pada tumbuhan akan
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan berlangsung lebih cepat. Namun,
beberapa hormon yang lain justru dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Hormon-hormon tumbuhan
yang telah dikenal pada saat ini meliputi auksin, giberelin, sitokinin, asam
absisat, kalin, etilen, dan asam traumalin.
1) Auksin
Auksin merupakan
hormon pertumbuhan yang sangat penting. Auksin atau asam indol asetat ditemukan pada tahun 1926 oleh Frits Went. Dia
menemukan auksin di ujung koleoptil kecambah Avena sativa (sejenis gandum). Selain di ujung koleoptil, auksin juga
ditemukan di ujung akar, ujung batang, tunas pucuk daun muda dan buah yang
sedang tumbuh.
Pada Tumbuhan, Hormon Sitokinin berfungsi terutama untuk:
4) Asam Absisat
5) Kalin
Auksin beredar ke seluruh
tubuh tumbuhan dari pusat pembentukan, yaitu di ujung koleoptil, menuju ke arah
basipetal, yaitu akar. Berdasarkan eksperimen dapat ditunjukkan bahwa walaupun
batang diletakkan terbalik, yaitu ujung batang berada di bawah, auksin tetap
akan dialirkan menuju akar yang dalam keadaan tersebut berada di atas.
Peran hormon auksin ini
adalah sebagai berikut:
1.
Menghambat
pembentukan tunas samping. Pertumbuhan tunas ujung menghambat pertumbuhan tunas
samping. Keadaan ini disebut dominansi pucuk atau dominansi apikal.
2. Memacu pertumbuhan akar liar pada batang, misalnya pada tanaman apel
ditemukan akar pada bawah cabang pada daerah antar nodus.
3. Memacu pertumbuhan akar pada tanaman yang dikembangbiakkan dengan
stek.
4.
Memacu
berbagai sel tumbuhan untuk menghasilkan etilen.
2) Giberelin
Giberelin ditemukan oleh
F. Kurasawa (1926) yang diperoleh dari jenis jamur Gibberella Fujikuroi,
parasit pada tanaman padi. Gibberella ini berpengaruh pada pembelahan
dan pemanjangan sel tumbuhan. Dari percobaan di University of Michigan, kubis
yang tingginya biasanya hanya 3 dm, setelah diberi giberelin tingginya dapat
mencapai 3,5 m. Selain itu, giberelin juga mempercepat pertumbuhan buah-buahan
sehingga waktu panen dapat dipercepat sampai hampir 50%.
Sebelum giberelin dapat
diisolasi, jamur Gibberella dikultur dalam medium cair, maka cairan akan mengandung sekresi dari jamur tersebut. Sekarang telah diketahui bahwa
giberelin terdapat pada berbagai bagian jenis tumbuhan sebagai regulator pertumbuhan.
Pada tumbuhan, Hormon Giberelin
ini berfungsi untuk:
a.
Memacu
pemanjangan batang.
b. Mematahkan dormansi biji atau mempercepat perkecambahan.
c. Mempercepat munculnya bunga.
d. Merangsang proses pembentukan biji.
e. Menyebabkan perkembangan buah tanpa biji (parteno karpi).
f.
Menunda
penuaan daun dan buah.
3) Sitokinin
Pada tahun 1950, F. Skoog
dan C.O Miller menemukan regulator pertumbuhan yang disebut sitokinin.
Pada tumbuhan, sitokinin merangsang pembelahan sel (sitokinesis) yang banyak
berpengaruh pada pertumbuhan akar dan tunas. Sitokinin diperoleh dari ragi,
santan kelapa, ekstrak buah apel, dan dari materi tumbuhan lain. Penelitian
terakhir menunjukkan bahwa sitokinin berperan dalam pengontrolan hampir semua
fase pertumbuhan, bekerja sama dengan auksin. Sitokinin yang telah lama dikenal
adalah kinetin dan zeatin. Sitokinin
bisa ditemukan di jaringan pembuluh.
Pada Tumbuhan, Hormon Sitokinin berfungsi terutama untuk:
a.
Memacu
pembelahan sel pada tahapan sitokinesis.
b. Memacu pembentukan kalus menjadi kuncup, batang, dan daun.
c. Menunda penuaan daun dan buah.
d. Memacu pertumbuhan kuncup samping atau menghambat pengaruh dominansi
apikal.
e.
Memperbesar
daun muda.
4) Asam Absisat
Asam absisat ditemukan oleh
peneliti yang bekerja pada penelitian tentang dormansi pohon. Asam absisat (ABA) dapat ditemukan pada buah. Hormon ini berfungsi
untuk:
a.
Mempertahankan
masa dormansi, sehingga menghambat perkecambahan biji.
b. Mempertahankan diri jika tumbuhan berada pada lingkungan yang
tidak sesuai antara lain saat kekurangan air, tanahnya bergaram, dan suhu
dingin atau suhu panas.
c. Merangsang penutupan mulut daun (stomata) sehingga mengurangi penguapan.
d.
Berperan dalam
pembentukan zona absisi, sehingga menyebabkan pengguguran daun,
bunga, dan buah.
Zona absisi |
5) Kalin
Hormon kalin berperan
dalam merangsang pertumbuhan organ (organogenesis). Berdasarkan organ tumbuhan
yang dibentuk, hormon kalin dibedakan menjadi: antokalin (memengaruhi pembentukan
bunga), filokalin (memengaruhi pembentukan daun), kaulokalin (memengaruhi pembentukan
batang), dan rizokalin (memengaruhi pembentukan akar).
6) Etilen
Fenomena gas etilen pertama
kali diamati oleh ilmuwan mulai abad ke19. Pada masa itu, sumber penerangan
lampu jalanan yang digunakan berasal dari pemanasan oleh batubara. Pepohonan
yang berada di sekitar pembuangan gas pembakaran diketahui menggugurkan daunnya
secara tidak wajar. Pada tahun 1901, sekelompok peneliti dari Rusia menemukan
adanya gas etilen pada pembakaran tersebut dan menyebabkan daun berguguran.
Gas etilen dikeluarkan
oleh bagian tumbuhan yang busuk, terutama buah. Apakah kalian pernah melakukan
proses pemeraman buah? Jika buah yang telah tua dimasukkan di tempat yang
hangat (bukan dipanggang) dalam posisi tertutup rapat, buah cepat masak. Gas
etilen juga berperan pada pengguguran bunga dan daun (peran gas etilen pada pengguguran lebih kuat dibanding asam absisat (ABA)).
Pada bunga dimulai dengan memudarnya warna, pengkerutan. Pada daun dimulai
dengan hilangnya klorofi l. Gas etilen yang diberikan bersama auksin dapat
merangsang proses pembungaan.
7) Asam traumalin
Asam traumalin berperan
dalam proses pembentukan kembali sel-sel yang rusak, jika jaringan tumbuhan
terluka.
Referensi:
Herlina, Ida dkk. 2009. Biologi 3: Kelas XII
SMA dan MA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
P, Fictor Fernandi dan Moekti Ariebowo. 2009.
Praktis Belajar Biologi: untuk Kelas XII Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional.
Rochmah, Siti Nur dkk. 2009. Biologi: SMA dan
MA Kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.